Tradisi Telon-Telon

Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang begitu kaya dan beragam di Indonesia. Seperti di Malang kita dapat menemui tradisi telonan. Tradisi telonan adalah kegiatan mendoakan ibu yang hamil beserta bayi yang dikandungnya saat usia kandungan mencapai umur 3 bulan. Istilah telonan berasal dari bahasa jawa “telu” yang berarti tiga, merujuk pada bulan ketiga kehamilan. Tradisi ini memiliki makna yang penting yaitu sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan harapan untuk keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.

Telonan biasanya dimulai dengan persiapan yang matang oleh keluarga calon ibu. Persiapan ini melibatkan pembuatan berbagai sesaji atau persembahan yang terdiri dari aneka jenis makanan tradisional, seperti tumpeng, ketan, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga menyiapkan bunga-bunga, minyak wangi, dan benda-benda simbolis lainnya yang akan digunakan dalam tradisi.

Pada hari pelaksanaan tradisi telonan, keluarga dan kerabat berkumpul di rumah calon ibu. Tradisi dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh atau tokoh adat setempat. Doa ini bertujuan memohon perlindungan dan berkat untuk calon ibu dan bayi yang dikandungnya. Setelah itu, calon ibu akan duduk di hadapan sesaji yang telah disiapkan.

Salah satu bagian penting dari tradisi telonan adalah ruwatan, yaitu ritual penyucian diri calon ibu dengan menggunakan air suci yang telah diberi mantra oleh sesepuh. Air suci ini biasanya diambil dari tujuh sumber mata air yang berbeda dan dicampur dengan bunga-bunga. Calon ibu akan dipercikkan air suci ini sambil diberi nasihat dan doa-doa agar proses kehamilan dan persalinannya berjalan lancar dan selamat. Setelah ruwatan, calon ibu akan mengenakan busana adat yang telah disiapkan khusus untuk upacara ini. Busana tersebut biasanya berupa kebaya dengan kain batik yang indah dan berwarna cerah. Kemudian, calon ibu akan duduk di atas tikar yang telah dihias dengan bunga-bunga sambil menerima berbagai persembahan dari keluarga dan kerabat.

Persembahan ini melambangkan harapan dan doa untuk keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi. Salah satu momen puncak dalam upacara telonan adalah pemberian simbolis “jamu” atau ramuan tradisional kepada calon ibu. Jamu ini terbuat dari berbagai bahan alami seperti kunyit, jahe, dan daun-daunan yang dipercaya memiliki khasiat untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan. Calon ibu akan meminum sedikit jamu ini sebagai tanda penerimaan dan penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Upacara telonan diakhiri dengan acara makan bersama keluarga dan kerabat yang hadir. Mereka menyantap hidangan yang telah disiapkan sambil berbincang dan berdoa bersama untuk keselamatan calon ibu dan bayi. Suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan ini menjadi penutup yang hangat untuk upacara telonan. Telonan bukan hanya sekadar upacara adat, tetapi juga merupakan wujud cinta dan perhatian keluarga terhadap calon ibu dan bayi yang akan lahir. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, rasa syukur, dan harapan akan masa depan yang baik bagi generasi yang akan datang. Dengan melestarikan tradisi telonan, masyarakat Jawa terus merawat warisan budaya yang kaya dan penuh makna.

Diva Dewi

230402080017

Scroll to Top