Dijantung pulau Flores, tepatnya di Manggarai, terdapat sebuah tradisi yang telah menancapkan akarnya dalam budaya Manggarai, yakni Tarian Caci. Tarian caci bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan sebuah lambang keberanian, kehormatan, dan persatuan komunitas. Tarian ini adalah harta karun budaya yang kaya dari masyarakat Manggarai, Nusa TenggaraTimur.
Tarian Caci biasanya ditampilkan dalam konteks upacara adat, syukuran, atau perayaan panen. Dalam pementasan tarian caci ini, dua penari bertanding, mengenakan pakaian tradisional yang dihiasi dengan berbagai aksesoris, serta menggunakan cambuk dan perisai. Satu penari berperan sebagai penyerang, sedangkan yang lainnya sebagai pembela. Pertarungan ini lebih dari sekadar menunjukkan kekuatan fisik melainkan keahlian, keberanian, dan strategi.
Aksesoris yang digunakan dalam tarian ini pun masing-masing memiliki makna dan fungsi, seperti:
- Asesoris pelindung diri, nggiling/ perisai, terbuat dari kulit kerbau, AGANG, terbuat dari rotan yg berfungsi untuk melindungi diri dari serangan/ pukulan lawan, LARIK/ CAMBUK adalah alat untuk memukul lawan yang terbuat dari kulit kerbau.
- Asesoris PANGGAL, terbuat dari kulit kerbau dipakai dikepala yang dihiasi oleh bulu-bulu dari kuda dan kambing dan menyerupai tanduk kerbau. Ini berfungsi sebagai mahkota kepala dan juga untuk melindungi kepala.
- TUBIRAPA, terbuat dari manik-manik ibarat kumis lambing kejantanan seorang pria
- NDEKI, terbuat dari rotan dihiasi oleh bulu-bulu kuda dan kambing.
- NGORONG, berfungsi sebagai bunyi-bunyiaan untuk menyemangati, dipasang atau diikat pada pinggul.
- Sarung songket diikatkan dan sebelah bawahnya dihiasi sapu tangan kecil berwarna warni juga dipadukan dengan celan panjang putih, agar kelihatan rapi dan indah dipandang
Dalam kepercayaan masyarakat Manggarai, tarian ini dipandang sebagai tradisi untuk memohon perlindungan dan berkah dari leluhur. Sebelum pertunjukan dimulai, doa dipanjatkan, berharap mendapatkan keselamatan dan keberuntungan.
Pertunjukan Caci biasanya diiringi oleh musik tradisional yang mengalun dari alat musik seperti gendang dan gong yang dimainkan oleh para ibu-ibu. Irama musik yang dimainkan menciptakan suasana pertarungan dan memicu ketegangan di antara penonton. Para penari, dengan perlengkapan khas, menari dengan penuh makna dan semangat. Keterampilan dan keberanian mereka menjadi pusat perhatian para penonton.
Selama pertunjukan berlangsung, penari mengajarkan beberapa poin penting yaitu keberanian, rasa hormat, dan persahabatan. Penari yang berhasil memenangkan pertarungan biasanya disambut dengan sorakan meriah dari penonton, mencerminkan semangat persaingan yang sehat. Di sisi lain, penari yang kalah dihargai atas keberaniannya untuk tampil dan berusaha. Ini menciptakan suasana saling menghormati diantara peserta dan penonton.
Dalam kesimpulannya, Tarian Caci di Manggarai Tengah bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sarana untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat. Melalui pertunjukan ini, generasi muda dapat belajar tentang identitas mereka dan pentingnya menjaga warisan budaya.
Cornelia Eka Nurcahyati
230402080003