Tari Glipang Khas Probolinggo

Tari Glipang adalah salah satu warisan budaya yang sangat berharga dari Kabupaten Probolinggo. Tarian ini tidak hanya sekedar tarian biasa, tetapi juga mengandung sejarah panjang dan nilai-nilai luhur masyarakat setempat. Tari Glipang adalah tarian yang berasal dari kebiasaan masyarakat Kabupaten Probolinggo yang akhirnya menjadi tradisi. Glipang sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu Gholiban yang artinya kebiasaan. Tari tersebut diwariskan secara turun-menurun sehingga masih dapat bertahan hingga sekarang.

Menurut penuturan Suparmo (67), asal usul Tari Glipang bermula dari Sardan, seorang seniman dari desa Omben, Sampang. Karena berebut mengembangkan tari topeng di Madura lantas dia hijrah ke desa Pendil Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo. Tetapi tari topeng yang dikenalkan Sardan ditolak warga setempat. Alasannya, tarian tersebut menggunakan gamelan yang identik dengan aktivitas tarian yang mana aurat penarinya terbuka. Karena itu, dia berpikir keras untuk memunculkan seni tari baru yang cocok untuk warga lokal. Sayang, sampai meninggal dunia, dia belum bisa mewujudkan ambisinya tersebut. Akhirnya, cita-cita itu coba diwujudkan Seno, putra Sardan (Sari Truno). Sari Truno kemudian mewariskan kebiasaan tersebut kepada putrinya, Asia atau yang biasa dipanggil Bu Karto.

Tarian itu bermula dari aktivitas Seno yang kemudian berjuluk Sari Truno yang menjadi mandor tebu di Pabrik Gula Gending yang dikuasai Belanda. Temperamennya yang keras serta nasionalismenya yang tinggi membuatnya sering konflik dengan tentara Kompeni Belanda yang dikenal sewenang-wenang. Karena jiwa nasionalismenya itulah, dia lantas menghimpun kaum pribumi untuk membentuk perkumpulan pencak silat. Dengan keberhasilan Sari Truno mengajarkan ilmu beladiri, akhirnya mampu mengatasi kesombongan sinder-sinder Belanda. Tetapi aktivitasnya berlatih silat bersama kawan-kawannya itu akhirnya diketahui Belanda. Dia dituduh hendak memberontak.

Untuk mengelabui Belanda, gerakan pencak silat itu diiringi dengan musik. Harapannya, Belanda tak lagi menaruh curiga. Belanda pun percaya. Terciptalah kemudian warna muslim gholiban yang berarti kebiasaan terus-menerus. Lambat laun, ekspresi perlawanan dalam bentuk seni tersebut menjadi sebuah ekspresi seni yang nyata dengan nama Tari Glipang. Dari sejarahnya, Glipang bukan sekadar tarian, melainkan gambaran tentang keberanian prajurit yang gagah berani dalam mengusir penjajah Belanda. Bahkan ada semboyan khusus terkait dengan keberanian para prajurit ini “katembheng poteh mata angok poteh tolang”. Maksudnya, lebih baik mati daripada menanggung malu di tangan penjajah. Dalam tarian Glipang, mempunyai tiga gerakan. Tiap-tiap gerakan tarian tersebut mempunyai makna dan cerita pada saat diciptakan.Pertama, tari olah keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang. Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda. Ciri khas tarian ini memperlihatkan nafas besar yang diartikan sebagai ungkapan rasa ketidakpuasan terhadap penjajah pada masa itu.

Bahkan semangat perlawanan itu juga tercermin pada riasan yang sangar dan kostum serta aksesorisnya menggambarkan seorang prajurit. Gerakannya merupakan paduan dari gerakan  Rudat, kesenian Topeng Gethak Madura, seni hadrah, gerakan saman, dan pencak silat. Jika dalam hal tata rias, melambangkan karakter seorang prajurit yang kuat, dan pantang menyerah melawan penjajah dan siap tempur. Busana dengan warna merah dan hitam melambangkan keberanian dan tidak pernah takut yang menjadi simbol orang Madura yang tidak kenal ampun apabila ada orang yang mengganggunya. Aksesoris selain untuk memperelok penampilan, mempunyai makna sendiri seperti odeng sebagai ikat kepala, yang menjadi ciri khas Madura. Dan sebagai identitas seorang prajurit yang berani seperti rompi, sabuk blandang, lancor, sampur, dan peralatan perang seperti gongseng dan keris. Alat musik yang terdiri dari lima jenis alat musik dimaknai sebagai simbol ajaran Agama Islam yang berisi ajakan atau anjuran untuk berbuat baik, dan juga larangan yang tidak boleh dilakukan. Kalau semula berupa gamelan, berubah menjadi berubah menjadi ketipung lanang, ketipung wedok, kecrek, terbang, dan jidor.

Tari glipang juga mempunyai nilai-nilai yang terkandung yaitu :

  • Keberanian: Tari Glipang mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian dalam menghadapi tantangan.
  • Semangat juang: Tarian ini juga menumbuhkan semangat juang dan nasionalisme.
  • Pelestarian budaya: Tari Glipang merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya bangsa.

DESI SETIANINGSIH

230402080009

Scroll to Top