Tedhak Siten adalah tradisi kuno yang kaya makna di masyarakat Jawa, khususnya di Malang, Jawa Timur. Tradisi ini dilaksanakan sebagai perayaan ketika seorang bayi mulai belajar berjalan atau menginjakkan kakinya di tanah untuk pertama kalinya. Dalam bahasa Jawa, “Tedhak” berarti turun atau melangkah, dan “Siten” berasal dari kata “siti” yang berarti tanah. Tradisi ini merupakan simbol dari perkembangan fisik dan spiritual anak, yang melibatkan berbagai ritual dan doa.
Pada hari pelaksanaan Tedhak Siten, keluarga dan kerabat berkumpul untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan upacara. Diawali dengan ritual memandikan anak menggunakan air bunga setaman, yang melambangkan penyucian dan harapan agar anak kelak menjalani kehidupan yang bersih dan baik. Setelah itu, anak dipakaikan pakaian adat yang indah sebagai simbol dari harapan agar anak selalu dilimpahi keberkahan dan kecantikan dalam hidupnya.
Prosesi utama dalam Tedhak Siten adalah ketika anak diarak keluar rumah untuk menginjakkan kakinya pada tujuh tumpukan bahan yang berbeda. Biasanya, bahan- bahan ini terdiri dari jenang, tanah, padi, beras, dedaunan, bunga, dan pasir. Setiap bahan memiliki makna simbolis, seperti jenang yang melambangkan kehidupan yang manis, padi dan beras sebagai lambang kemakmuran, serta dedaunan yang melambangkan kebijaksanaan. Ritual ini dilakukan sebagai harapan agar anak mampu menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan dengan bijaksana dan kuat.
Setelah prosesi menginjakkan kaki, anak akan dimasukkan ke dalam sebuah sangkar ayam yang dihiasi dengan berbagai hiasan dan mainan. Di dalam sangkar, anak akan diperlihatkan berbagai benda seperti mainan, buku, uang, dan alat tulis. Benda pertama yang diambil oleh anak dipercaya sebagai petunjuk mengenai masa depan anak tersebut. Misalnya, jika anak mengambil uang, diharapkan anak kelak menjadi orang yang sukses secara finansial; jika mengambil buku, diharapkan anak menjadi orang yang cerdas dan berpendidikan.
Prosesi dilanjutkan dengan doa dan syukuran bersama. Orang tua dan keluarga besar akan mengucapkan doa untuk keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan anak di masa depan. Acara ini biasanya diakhiri dengan pemberian berbagai makanan tradisional kepada para tamu yang hadir sebagai ungkapan rasa syukur dan kebersamaan.
Tedhak Siten bukan hanya sekedar upacara seremonial, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap tradisi dan warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui tradisi ini, masyarakat Jawa menunjukkan betapa pentingnya nilai- nilai keluarga, kasih sayang, dan doa dalam membesarkan anak. Upacara Tedhak Siten adalah cerminan dari kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari.
Di Malang, Jawa Timur, tradisi Tedhak Siten tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat sebagai bentuk kebanggaan akan warisan budaya yang kaya. Meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini tetap relevan dan dihormati. Dengan demikian, Tedhak Siten menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk terus menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta menjaga identitas budaya yang unik dan berharga.
Anjar Setyaningrum
230402080015