KEARIFAN LOKAL “TRADISI MENCARI HARI BAIK DAN WETON”

Kearifan lokal adalah budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Biasanya kearifan lokal adalah hal yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal hal yang melekat pada bahasa masyarakat itu sendiri.

Pengertian lain dari kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Di Pulau Jawa banyak sekali kearifan lokal yang terjadi pada masyarakat Jawa. Mengapa begitu? Karena Jawa terkenal dengan sebutan ‘daerah mistis’. Tak heran jika Jawa kental dengan tradisi menyimpang ataupun aneh bahkan ada yang menganggapnya aneh.

Tradisi Jawa sering dianggap mitos karena banyak dari cerita dan praktiknya mengandung unsur supernatural atau kepercayaan yang sulit dipahami secara rasional oleh masyarakat modern. Apalagi, beberapa tradisi ini diwariskan secara lisan, sehingga cenderung berubah dan berkembang seiring waktu serta menambah elemen mistis.

Orang Jawa mempercayai peninggalan nenek moyang. Salah satunya tradisi mencari weton dan memilih hari baik. Tradisi Weton adalah bagian dari budaya Jawa yang cukup menarik.

Secara tradisional, orang Jawa percaya bahwa hari kelahiran seseorang berdasarkan kalender Jawa (yang menggabungkan sistem kalender bulan dan matahari) bisa mempengaruhi nasib dan kepribadian.

Dalam tradisi Jawa, memilih hari baik untuk melaksanakan berbagai kegiatan penting disebut dengan istilah “nanggap”. Proses ini dilakukan berdasarkan perhitungan weton, yaitu kombinasi hari pasaran dan hari kalender nasional.

Menurut orang Jawa weton merupakan penanggalan yang berhubungan dengan ramalan nasib seseorang. Weton adalah hari kelahiran seseorang yang perhitungannya didasarkan pada tujuh hari dalam seminggu dan lima hari pasaran (hari Jawa).

Untuk mempelajari tentang kepercayaan, adat, tradisi orang Jawa dapat dilihat pada primbon (kitab Jawa). Nah, disana terdapat anjuran–anjuran, seperti membuka usaha, atau berjualan benda tajam.

Di Jawa menjual barang tajam ada harinya tertentu jika ingin laris manis. Banyak daerah yang telah menerapkannya, khususnya daerah Surabaya menggunakan nama pasar. Misal, Pasar Kliwon di sana menjual benda tajam seperti pisau, arit, kapak, dan lain sebagainya.

Berdasarkan Penjelasan di atas, weton memiliki fungsi. Weton kerap digunakan untuk membuat acara nikah. Weton dibagi menjadi 2 yaitu Dina dan Pasaran. Dina adalah hari seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Sementara Pasaran adalah hari Jawa seperti Wage, Kliwon, Pahing, Legi, dan Pon.

Weton banyak diterapkan saat akan mengadakan acara menikah. Karena sebelum menikah harus menentukan weton antara mempelai perempuan dan mempelai laki-laki. Fungsinya untuk menentukan hari Nas keluarga (hari nas dicari jika ayah atau ibu dari pihak calon mempelai laki- laki atau calon mempelai perempuan meninggal atau kakek nenek).

Misalnya, untuk mencari hari baik dalam pernikahan, orang tua dan sesepuh akan menghitung weton calon pengantin, keluarga, dan bahkan kadang-kadang lokasi acara. Hari yang dipilih adalah hari yang dipercaya membawa keberuntungan, kesejahteraan, dan keharmonisan bagi pasangan pengantin baru.

Oleh karena itu, adapun hubungan kesinambungan antara hari baik dan weton ialah dapat menemukan hari baik. Hari baik banyak fungsi, yakni; Bangun rumah, pindah rumah, kos, menikah, lamaran atau tunangan, bangun usaha, merayakan acara, dan lain sebagainya.

Bahkan hari puasa dan hari raya, di Desa Sembon itu menurut perhitungan Jawa. Mereka menghitung sesuai dengan kitab Jawa. Serta, mereka sebelum puasa atau hari raya rutin mengadakan acara slametan. Orang Sembon kerap menyebutkan “ABOG” dalam istilah memilih hari baik dan weton.

Jika dalam perhitungan Jawa mempelai mendapat angka atau jumlah yang dilarang oleh orang Jawa, maka mereka akan mendapatkan syarat yang harus dilakukan agar tidak terjadi apa – apa.

Rara Ayunda Novitasari

230402080019

Scroll to Top