Di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, gawai pesta panen padi adalah perayaan tahunan yang penuh makna bagi masyarakat Dayak. Sebagai tradisi yang telah turun-temurun, gawai menjadi ajang untuk mengucapkan syukur atas hasil panen padi yang melimpah, serta untuk memohon berkah pada musim tanam berikutnya. Gawai di Kabupaten Sekadau, khususnya di Desa Selalong, merupakan acara adat yang berakar kuat dalam tradisi masyarakat Dayak. Pesta gawai ini jatuh setiap tanggal 20 mei setiap tahun. Gawai adalah festival yang diadakan untuk merayakan hasil panen sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan leluhur atas berkah yang diberikan. Selain itu, gawai juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga desa.
Gawai dimulai dengan berbagai ritual adat yang sarat makna. Salah satu tradisi yang paling penting adalah mengumpan benih padi. Pada saat ini, benih padi dari panen sebelumnya diberikan kepada leluhur sebagai bentuk penghormatan dan permohonan agar di musim tanam mendatang padi tetap tumbuh subur. Selain itu, ada ritual memberi makan alat kerja. Alat-alat yang digunakan dalam proses berladang, seperti parang, kapak, beliung diperlakukan layaknya makhluk hidup. Alat-alat ini diletakkan di tanah dan diberi makanan berupa sesaji seperti nasi dan daging. Tujuannya adalah untuk menjaga agar alat-alat ini tetap “kuat” dan “bersemangat” dalam membantu para petani bekerja di musim tanam berikutnya. Bagi masyarakat setempat, alat kerja memiliki kekuatan spiritual yang perlu dipelihara.
Setelah ritual selesai, pesta gawai dimulai dengan suguhan makanan tradisional. Di antara berbagai hidangan yang disajikan, ada dua yang selalu menjadi menu wajib: lemang dan tuak. Lemang, yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam bambu, melambangkan kesederhanaan dan kebersamaan. Setiap keluarga membawa lemang buatan mereka sendiri, dan makanan ini dinikmati bersama sebagai lambang persatuan. Di sisi lain, tuak, minuman fermentasi dari beras, ataupun terbuat dari fermentasi nira adalah simbol perayaan dan persaudaraan. Setiap cangkir tuak yang diminum adalah ucapan syukur atas panen yang melimpah dan doa untuk masa depan yang lebih baik.
Gawai bukan sekadar pesta, tapi juga pengingat bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada alam dan kerja keras. Setiap langkah, setiap tetes keringat, dan setiap doa yang diucapkan adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan penuh rasa syukur, masyarakat Dayak di Kabupaten Sekadau menyongsong musim tanam baru, berharap agar panen di tahun berikutnya akan lebih melimpah. Bagi masyarakat kampung, gawai adalah momen yang paling ditunggu. Setiap rumah mempersiapkan makanan, minuman dan kue-kue tradisional. Momen ini bukan hanya di nikmati orang kampung saja, tetapi dari kampung lain juga turut memeriahkan hari gawai. Setiap rumah pasti sudah menyiapkan suguhan makanan dan minuman untuk para tamu yang datang berkunjung. Mengunjungi rumah orang yang memiliki gawai adalah bentuk penghormatan dan perayaan. Selama kunjungan, biasanya tamu akan disuguhi tuak dan makanan khas.
Diharapkan pesta gawai dapat terus menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi lokal, dengan semakin banyak generasi muda yang terlibat dan belajar tentang warisan nenek moyang. namun kearifan lokal ini dihadapkan pada tantangan signifikan yang perlu diatasi. Dengan upaya bersama dari seluruh komunitas dan dukungan pemerintah serta organisasi terkait, diharapkan pesta gawai dapat terus berlanjut dan berkembang, melestarikan warisan budaya yang berharga untuk generasi mendatang.
Antonia Pela
230402080001